Desa Global adalah konsep mengenai perkembangan teknologikomunikasidi mana dunia dianalogikan menjadi sebuah desa
yang sangat besar. Marshall McLuhan memperkenalkan konsep ini pada
awal tahun 60-an dalam bukunya yang
berjudul Understanding Media: Extension of A Man. Konsep ini berangkat dari
pemikiran McLuhan bahwa suatu saat nanti informasi akan sangat terbuka dan dapat
diakses oleh semua orang. Pada masa ini, mungkin pemikiran ini tidak terlalu aneh
atau luar biasa, tapi pada tahun 60-an ketika saluran TV masih terbatas jangkauannya,
internet belum ada, dan radio masih terbatas antar daerah, pemikiran McLuhan
dianggap aneh dan radikal.
Desa Global menjelaskan bahwa tidak ada
lagi batas waktu dan tempat yang jelas. Informasi dapat berpindah dari satu tempat
kebelahan dunia lain dalam waktu yang sangat singkat, menggunakan teknologi internet. McLuhan meramalkan pada saatnya nanti,
manusia akan sangat tergantung pada teknologi, terutama teknologi komunikasi dan
informasi. McLuhan memperkirakan apa yang kemudian terjadi pada masa sekarang,
di abada ke-20 seperti saat ini.
McLuhan memperkirakan pada masa digital dan serba komputer tersebut, persepsi masyarakat akan mengarah kepada
perubahan cara serta pola komunikasi. Bagaimana pada saat itu, masyarakat tidak
akan menyadari bahwa mereka sedang mengalami sebuah revolusi komunikasi, yang berefek pada komunikasi
antar pribadi.
Di atas level komunikasi interpersonal yakni komunikasi antara dua-tiga orang,
pada masa desa global benar-benar terjadi trend komunikasi akan ke arah komunikasi
massa, yakni bersifat missal dan luas. Di mana pembicaraan akan suatu topic dapat
menjadi konsumsi dan masukan bagi masyarakat luas, kecuali, tentu saja, hal-hal
yang bersifat amat rahasia seperti rahasia perusahaan, rahasia negara,
keamanan-ketahanan. Semua orang berhak untuk ikut dalam pembicaraan umum, dan juga
berlaku untuk mengkonsumsinya, tanpa terkecuali.
Kelompok didefinisikan sebagai dua indivdu
atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantung, yang bergabung untuk
mencapai tujuan tertentu.(Stephen P. Robbins, 2006: 303)
Kamus Besar Bahasa Indonesia
mendefinisikan kelompok sebagai kumpulan manusia yg merupakan kesatuan
beridentitas dng adat-istiadat dan sistem norma yg mengatur pola-pola interaksi
antara manusia itu.
Kelompok
dapat bersifat formal maupun informal. Kelompokformal adalah kelompok yang
ditetapkan berdasarkan struktur organisasi, dengan penugasan kerja yang sudah
ditentukan. Dalam kelompok formal, perilaku-perilaku yang harus ditunjukkan
dalam kelompok ini ditentukan oleh dan diarahkan ke sasaran organisasi.
Kelompok informal adalah persekutuan
yang tidak terstruktur secara formal dan tidak ditetapkan secara organisasi.
Kelompok ini terbentuk secara alamiah dalam suasana kerja yang muncul sebagai
tanggapan terhadap kebutuhan atas kontak sosial. Contoh: 5 orang karyawan dari
departemen yang berbeda secara teratur makan siang bersama.
Kelompok informal memberi kontribusi penting
bagi kelompok formal karena dapat memenuhi kebutuhan sosial para anggotanya.
Akibat interaksi yang dihasilkan dari kedekatannya tempat kerja atau interaksi
tugas sangat mempengaruhi perilaku dan kinerja mereka.
Atribusi merupakan proses untuk
mengidentifikasi penyebab-penyebab perilaku orang lain dan kemudian diketahui
tentang sifat-sifat menetap dan disposisi mereka. Atribusi juga dapat diartikan
dengan upaya kita untuk memahami penyebab dibalik perilaku orang lain, dan
dalam beberapa kasus juga penyebab perilaku kita sendiri.
Untuk mengetahui tentang orang-orang yang ada
di sekitar kita dapat melalui beberapa macam cara:
1. Melihat apa yang tampak
(fisik). Misalnya cara berpakaian, cara penampilan diri. 2. Menanyakan langsung
kepada yang bersangkutan, misalnya tentang pemikiran, tentang motif. 3. Dari perilaku yang
bersangkutan. Hal ini merupakan sumber yang penting.
Atribusi dapat dibedakan menjadi:
1. Atribusi Internal
Jika perilaku seseorang yang diamati disebabkan oleh faktor-faktor
internal, misal sikap, sifat-sifat tertentu, ataupun aspek-aspek internal yang
lain. Contoh, jika anak memperoleh nilai raport yang jelek, maka sebabnya dapat
saja karena anak itu malas, terlalu banyak main, atau bodoh.
2. Atribusi Eksternal
Jka perilaku sosial yang diamati disebabkan oleh keadaan atau lingkungan di
luar diri orang yang bersangkutan. Contoh, jika anak memperoleh nilai raport
yang jelek, maka sebabnya dapat saja karena ada masalah dengan lingkungannya,
orang tuanya bercerai, hubungan yang jelek dengan orang tua, ditekan oleh
teman-teman, ataupun gurunya yang tidak menarik.
Pengantar Mengenai peran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di dalam kontribusinya memberikan dukungan kepada berbagai sektor kehidupan masyarakat berupa peningkatan efisiensi serta produktivitas sudah banyak disajikan di berbagai fora. Pada umumnya studi tentang peran TIK di dalam organisasi difokuskan pada persoalan teknis seperti bagaimana memperbaiki kinerja operasional, atau bagaimana TIK digunakan sebagai bagian dari strategi bisnis perusahaan. Kajian yang lebih luas seperti misalnya bagaimana dampak sosial dari perkembangan TIK yang sedemikian hebat selama dua deka Kajiande terakhir ini relatif masih sedikit dilakukan. Dalam lingkungan sosial yang selalu berubah, terdapat setidaknya dua faktor yang memperngaruhi perubahan sosial itu sendiri: pelaku perubahan dan mereka yang terkena dampak perubahan. Dalam kaitan ini TIK dapat berperan dalam dua posisi sekaligus, sebagai aktor (means) pengubah dan sekaligus sebagai sasaran (ends) dari perubahan yang ingin dicapai. Naskah singkat ini dimaksudkan untuk memberi gambaran hubungan sebab akibat yang diperankan oleh TIK dalam konteks perubahan sosial kemasyarakatan.
Pernahkah
anda berfikir keseimbangan itu amat penting bagi kehidupan alam jagat raya ini?
Tidak hanya dalam tata surya kita saja,keseimbangan itu dapat kita lihat betapa
indahnya. Semua yang ada di bumi dapat bekerja sesuai fungsinya masing-masing. Pernahkah
anda menelaah diri anda sendiri, mengapa bisa berjalan, bercakap-cakap bahkan
melakukan pekerjaan sulitpun dapat dilaksanakan dengan baik? Itu semua karena
organ yang ada pada tubuh kita dapat bekerja dan berkoordinasi dengan baik satu
sama lain sehingga terjadi sinergis dalam menghasilkan tindakan sesuai yang
diperintahkan otak kita. Itulah arti keseimbangan yang ada dalam tubuh kita.
Lalu,
bagaimana kalo keseimbangan itu mulai terganggu? Apa yang akan terjadi dengan
alam jagat raya ini? Pernahkah anda merasakan kehadiran kita di alam ini justru
telah mengganggu keseimbangannya? Bagaimana dampak pemanasan global yang kita
rasakan sekarang ini telah memicu munculnya berbagai bencana alam di bumi ini
justru perbuatan kita? Adakah upaya yang telah kita lakukan untuk mengurangi
gangguan keseimbangan tersebut? Rasanya bencana demi bencana masih berlanjut
kalo kita belum mau sadar atas kekeliruan yang dilakukan terhadap alam? Atau
memang kita terlalu bebal untuk menyikapi perubahan alam sehingga menunggu
turunnya bencana lebih dahsyat lagi?
Sadarlah
saudaraku,sadarlah temanku menjaga keseimbangan itu penting. Bukannya hanya
untuk kehidupan kita saat ini tapi untuk kesejahteraan anak cucu kita di masa
depan. Rasanya kita telah menzhalimi anak cucu kita, bila kita
memboros-boroskan alam yang telah di anugrahkan oleh Nya hanya untuk kebutuhan
kita saat ini. Mari kita menjaga keseimbangan ini dimulai dari diri kita dan
lingkungan kita sendiri.http://sahabatblogger77.blogspot.com/
Anda
akan setuju bila seseorang yang biasa banyak bicara ini dan itu tapi tidak
melakukan apa-apa kita sebut sebagai OMDO (omong doang) atau pecundang. Karena
apa yang dia bicarakan tidak sesuai dengan apa yang ada dilapangan dan dia
sendiri tidak melakukan apa-apa yang dia bicarakan. Mungkin akan lebih baik
bila seseorang tidak banyak bicara tapi mempunyai karya yang dapat dibuktikan
orang meskipun tidak banyak.
OMDO
banyak dilakukan orang-orang dalam era sekarang ini. Terutama yang mempunyai
karakter pemalas tetapi maunya semua keinginannya dapat terwujud secara instan
tanpa dia harus bekerja keras. Dan biasanya tidak mau menanggung resiko apapun.
Seorang
yang OMDO kalo dia seorang pegawai atau karyawan,biasanya dilingkungan kerja
tidak mempunyai etos kerja yang baik dan minim inovasi. Yang menonjol hanya
tuntutan haknya saja tetapi melalaikan kewajibannya. Namun kelebihannya
orang-orang OMDO ini mempunyai kemampuan dapat mempengaruhi orang-orang lain
karena kepiawaiannya dalam bicara. Tentunya orang-orang yang mempunyai tujuan
yang sama pula.
Dalam
Islam, mengajarkan sikap menerima atas nasib dan bersikap sabar atas
penderitaan yang dilandasi keikhlasan dalam menjalaninya. Namun demikian,bukan
dimaksud hanya berpangku tangan dan pasrah pada nasib saja. Islam justru sebaliknya menganjurkan pada
umatnya untuk selalu bekerja keras untuk mengubah nasib dan bangkit dari
keterpurukan. Hal ini dipertegas dalam Alqur’an ; ”Aku (Allah) tidak akan mengubah nasib seorang kaum bila kaum itu
sendiri tidak mau mengubah nasibnya sendiri” Hal ini memperjelas bahwa seorang muslim harus
memiliki etos kerja yang baik dan bukan seorang yang pemalas dan OMDO.
Dalam
Islam seorang yang OMDO lebih diidentikan pada seorang yang munafik. Dan orang
yang munafik dalam Alqur’an di ancam dimasukan dalam Neraka Jahanam
(Na’uzubillah). Oleh karena itu jadilah seorang muslim yang baik,yang
menyeimbangkan antara perkataan dan perbuatannya. Muslim yang baik bukanlah
seorang yang pemalas tetapi memiliki etos kerja yang tinggi,bukan hanya pandai
bicara saja tetapi mampu melakukan dan memberikan tauladan sesuai perkataannya.
Ilmu Komunikasi
dipandang dari sudut ilmu,adalah pengetahuan tentang sesuatu hal, baik yang
menyangkut alam (natural) atau sosial (kehidupan masyarakat), yang diperoleh
manusia melalui proses berpikir. Ilmu
bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan
berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji
dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Para
Ilmuwan sepakat bahwa inti ilmu adalah teori. Tanpa teori tidak ada ilmu. Jadi,
teori, bisa dikatakan adalah ilmu itu sendiri. Secara sederhana, teori adalah
hubungan dua konsep atau lebih yang telah teruji kebenarannya. Hubungan dua
konsep atau lebih tentu abstrak. Teruji tentu saja konkrit. Jadi teori
mempunyai dua dimensi abstrak dan konkrit. Ketika disimpulkan, dia menjadi
abstrak. Ketika diteliti dia menjadi konkrit. Abstraks merupakan hasil
generalisasi, sehingga bersipatuniversal, berlaku
umum: kapan saja dan dimana saja. Konkritadalah
realitas yang masih dapat diindra, dia merupakan pengalaman empirik,empirisme.
Ilmu
atau science (Inggris) atau wissenschaft (Jerman)
tentu merupakan pengetahun (knowledge,
Inggris; skunde, Jerman). Namun, merupakan pengetahuan yang logis,
teratur dan disiplin. Disiplin karena dia selalu mempunyai ruang lingkup, tidakngawur kesana-kemari.
Oleh karena itu pula, pengetahuan ini juga objektif.
Objektif berkaitan dengan empirisme dan objek kajian ilmu itu sendiri. Yakni,
apa yang dikajinya di dunia empiris itu. Objektif juga berkaitan dengan
terlepas dari kepentingan. Penyimpulan seorang ilmuwan selalu diarahkan ke
objektivitas. Objektif berarti apa adanya, sesuai dengan yang ada di alam, di
dunia empiris. Untuk menguji secara objektif dari yang abtrak tadi di dunia
empiris, diperlukan metode. Metode adalah prosedur, cara,
teknik pengujian. Tanpa prosedur, cara, dan teknik yang benar dan
teratur, ilmu akan hilang keilmuannya. Dia tidak lagi universal, tidak lagi
objektif, tidak lagi disiplin.
Hasil ilmu
akhirnya dikodifikasikan/disusun secara sistematis: teratur,
konprehensif, dan rinci dalam sebuah karya ilmiah.
Berdasarkan penjelasan tadi, dapat disimpulkan ilmu
bercirikan:
1.Pengetahuan, yakni sekumpulan persepsi atau gambaran orang
terhadap sesuatu. Pengetahuan adalah hasil tahu manusia tentang sesuatu, di
sini belum ada batasan.Contoh: pengetahuan agama, pengetahuan kemasyarakatan,
pengetahuan kesenaian dsb.
2.Objektif, apa adanya tidak berkecenderungan, tidak memihak.
Ilmu konsen terhadap objek kajiannya, bukan orang yang berkepentingan, bukan
orang yang membayar penelitian.
3.Universal, berarti berlaku di mana saja, kapan saja, dan boleh
diuji oleh siapa saja, asal sesuai dengan metode dan prosedur yang baku dan
benar. Hukum grafitasi, contohnya.
4.Metodis, berarti berdasarkanmetode tertentu.
Setiap disiplin ilmu mempunyai prosedur, cara, dan teknik tertentu dalam
penelitiannya guna mengembangkan dan dan memverifikasi teori yang sudah ada.
5.Logis/Rasionalisme; ilmu menjunjung suprenmasi akal. Semua proses dan
kesimpulan selalu berdasarkan pertimbangan logika. Hal-hal yang tidak rasional
tidak menjadi pertimbangan ilmu.
6.Empirisme. Ilmu selain rasional juga dapat diuji secara empiris.
Bila pengetahuan yang logis itu tidak dapat diuji secara empiris, maka dia
belum termasuk ilmu.
7.Sistematis. Ilmu disusun secara teratur, konprhensif dan
rinci; dari awal hingga akhir
Pengertian ilmu
dalam dunia ilmiah menuntut tiga ciri:
Pertama,ilmu harus
merupakan suatu pengetahuan yang didasarkan pada logika. Kedua,ilmu
harus terorganisasikan secara sistematik.
Ketiga,ilmu harus berlaku
umum.
Dari pengertian di
atas,Ilmu Komunikasi telah memenuhi kaidah-kaidah di atas yaitu secara
sistematis,disusun secara teratur,komprehensif dan rinci dari awal hingga akhir
serta Empiris,dapat di uji dan di amati (observasi) secara ilmiah baik langsung
maupun tidak langsung,tidak bersifat subyektif tetapi publik dan dapat terjadi
pada tempat dan waktu yang memungkinkan orang lain dapat melakukan observasi.
Hal ini sesuai
dengan kajian Berger dan Chaffee dalam
bukunya Handbook of Communication Science bahwa ”ilmu
komunikasi pada dasarnya adalah pengetahuan tentang peristiwa komunikasi yang
diperoleh melalui suatu penelitian tentang sistem, proses dan pengaruhnya yang
dilakukan secara rasional dan sistematik, serta kebenarannya dapat diuji dan
digenaralisasikan”.
Dari semua pengetahuan dan keterampilan yang
kita miliki, pengetahuan dan keterampilan yang menyangkut komunikasi termasuk
di antara yang paling penting dan
berguna. Melalui komunikasi intrapribadi kita berbicara dengan diri sendiri,
mengenal diri sendiri, mengevaluasi diri sendiri tentang ini dan itu,
mempertimbangkan keputusan-keputusan yang akan diambil dan menyiapkan
pesan-pesan yang akan kita sampaikan kepada orang lain. Melalui komunikasi
antar pribadi kita berinteraksi dengan orang lain, mengenal mereka dan diri
kita sendiri, dan mengungkapkan diri sendiri kepada orang lain. Apakah kepada
pimpinan, teman sekerja, teman seprofesi, kekasih, atau anggota keluarga,
melalui komunikasi antar pribadilah kita membina, memelihara, kadang-kadang
merusak (dan ada kalanya memperbaiki) hubungan pribadi kita.