Pertumbuhan komunikasi sebagai salah
satu disiplin ilmu sosial barangkali dapat dikatakan dimulai pada awal abad
ke-19. Sedikitnya ada tiga pertimbangan penting pada masa ini. Pertama,
adalah penemuan-penemuan teknologi komunikasi seperti telephone, radio,
televisi, dll. Kedua, proses industrialisasi dan modernisasi yang
telah terjadi di negara-negara Eropa Barat dan Amerika. Ketiga,
pecahnya Perang Dunia I dan II.
Semua perubahan ini memberi bentuk dan arah kepada bidang kajian ilmu
komunikasi yang terjadi pada masa ini. Secara umum bidang-bidang studi
komunikasi yang berkembang pada periode ini meliputi hubungan komunikasi dengan
institusi dan masalah-masalah politik kenegaraan, peranan komunikasi dalam
kehidupan sosial, analisis psikologi sosial komunikasi, komunikasi dan
pendidikan, propaganda dan penelitian komunikasi komersial.
Pada masa itu, bidang kajian komunikasi dan kehidupan sosial mulai
berkembang sejalan dengan proses modernisasi yang terjadi. Diasumsikan bahwa
komunikasi mempunyai peran dan kontribusi yang nyata terhadap perubahan sosial.
Penelitian-penelitian empiris dan kuantitatif mulai banyak dilakukan dalam mengamati
proses dan pengaruh komunikasi. Di bidang pengkajian komunikasi dan
pendidikan misalnya, aspek-aspek yang diteliti mencakup penggunaan teknologi
baru dalam pendidikan formal, keterampilan komunikasi, strategi komunikasi
instruksional, serta "reading and listening". Sementara
dibidang penelitian komunikasi komersial, dampak iklan terhadap khalayak serta
aspek-aspek lainnya yang menyangkut industri media mulai berkembang sejalan
dengan tumbuhnya industri periklanan dan penyiaran (broadcasting)
Pikiran-pikiran baru tentang komunikasi yang terjadi pada masa ini, langsung atau tidak langsung juga
dipengaruhi oleh gagasan-gagasan para ahli ilmu sosial Eropa. Pada masa itu
(menjelang akhir abad ke 18) universitas-universitas di Eropa, terutama Jerman
dan Perancis, merupakan pusat intelektual terkemuka di dunia. Pokok-pokok
pikiran dari Max Weber, August comte, Emille Durkheim dan Sir
Herbert Spencer dipandang punya pengaruh terhadap pengembangan teori-teori
komunikasi yang terjadi pada periode ini. Tokoh-tokoh ilmu lainnya yang
dianggap punya andil besar adalah Gabriel Tarde dan George Simmel.
Periode Konsolidasi : Perang Dunia II – tahun
1960an
Periode setelah perang Dunia II sampai tahun 1960-an disebut sebagai suatu
ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner (mencakup berbagai ilmu)
mulai terjadi. Kristalisasi ilmu komunikasi ditandai oleh 3 (tiga) hal.
Pertama, adanya
adopsi perbendaharaan istilah-istilah yang dipakai secara seragam. Kedua,
munculnya buku-buku dasar yang membahas tentang pengertian dan proses
komunikasi. Ketiga, adanya konsep-konsep baku tentang
dasar-dasar proses komunikasi. Pendekatan komunikasi telah menjadi suatu
pendekatan yang lintas disipliner dalam arti mencakup berbagai disiplin ilmu
lainnya, karena disadari bahwa komunikasi merupakan suatu proses yang kompleks.
Sedikitnya ada tujuh tokoh yang punya andil besar dalam periode ini. Mereka
adalah Claude E. Shannon, Norbet Wiener, Harold Lasswell, Kurt Lewin, Carl I.
Hovland, Paul F. Lazarsfield (ahli sosiologi), Kurt Lewin dan Carl I. Hovland
(keduanya ahli psikologi sosial) disebut oleh Wilbur Schramm sebagai "the
founding fathers" (para pendiri atau perintis) ilmu komunikasi.
Disebut demikian karena pokok-pokok pikiran mereka dipandang sebagai landasan
bagi pengembangan-pengembangan teori komunikasi. Wilbur Schramm sendiri dinilai
sebagai "institutionalizer" – yakni yang merintis upaya
pelembagaan pendidikan komunikasi sebagai bidang kajian akademis. Karena
jasanyalah pengembangan bidang kajian komunikasi menjadi suatu disiplin ilmu
sosial yang mapan dan melembaga menjadi terealisasi. "Institute of
Communication Research" yang didirikan Schramm di Illonis pada tahun
1947 merupakan lembaga pendidikan tinggi ilmu komunikasi yang pertama di
Amerika Serikat. Sementara itu dua tokoh lainnya yakni Claude E. Shannon dan
Nobert Wiener disebut sebagai
"insinyur-insinyur komunikasi".
Istilah "Mass Communication" (Komunikasi Massa) dan "Communication
Research" (Penelitian Komunikasi) mulai banyak digunakan. Cakupan
bidang ilmu komunikasi mulai diperjelas dan dibagi dalam empat bidang tataran :
komunikasi intra pribadi, komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan
organisasi, dan komunikasi macro sosial serta komunikasi massa. Lebih
lanjut, sejalan dengan kegiatan pembangunan yang terjadi di seluruh negara
termasuk negara-negara berkembang, studi-studi khusus tentang peranan dan
kontribusi komunikasi dalam proses perubahan sosial, difusi inovasi juga mulai
banyak dilakukan.
Periode Teknologi Komunikasi : tahun 1960an - sekarang
Sejak tahun 1960-an ilmu komunikasi semakin kompleks dan mengarah pada
spesialisasi. Menurut Rogers (1986) perkembangan studi komunikasi sebagai
suatu disiplin ilmu telah mulai memasuki periode "take off" (tinggal
landas) sejak tahun 1950-an. Secara institusional kepesatan perkembangan ilmu
komunikasi pada masa sekarang ini antara lain tercermin dalam beberapa
indikator sebagai berikut:
a.
Jumlah universitas yang menyelenggarakan program pendidikan komunikasi
semakin banyak dan tidak hanya terbatas di negara-negara maju seperti AS,
tetapi juga negara-negara berkembang di Asia, Amerika Latin dan Afrika,
b.
Asosiasi-asosiasi profesional di bidang ilmu komunikasi juga semakin
banyak, tidak saja dalam jumlahnya tetapi juga cakupan keanggotaannya yang
regional dan internasional. Dan
c.
Semakin banyaknya pusat-pusat penelitian dan pengembangan komunikasi.
Dalam bidang keilmuan,
kemajuan disiplin komunikasi ini juga tercermin dengan:
a.
Semakin banyaknya literatur
komunikasi seperti buku-buku, jurnal-jurnal, hasil-hasil penelitian
ilmiah atau terapan, monografis dan bentuk-bentuk penerbitan lainnya
b.
Semakin beragamnya bidang-bidang studi spesialisasi komunikasi
c.
Serta semakin banyaknya teori-teori dan model-model tentang komunikasi yang
dihasilkan para ahli. Sebagai gambaran, hingga saat ini terdapat 126 definisi,
sekitar 50 teori dan 28 model tentang komunikasi (Dance, 182; Littlejohn, 1989;
McQuail & Windahi, 1981; Forsdale, 1981)
Periode masa sekarang juga disebut sebagai periode
teknologi komunikasi dan informasi yang ditandai oleh beberapa faktor
sebagai berikut: (1) kemajuan teknologi komunikasi dan informasi seperti
komputer, VCR, TV kabel, parabola video home computer, satelit komunikasi,
teleprinter, videotext, laser vision dan alat-alat komunikasi jarak jauh
lainnya, (2) tumbuhnya industri media yang cakupannya tidak hanya bersifat
nasional tetapi juga regional dan global, (3) ketergantungan terhadap situasi
ekonomi dan politik global/internasional, (4) semakin gencarnya kegiatan
pembangunan ekonomi di seluruh negara, serta (5) semakin meluasnya proses
demokratisasi ekonomi dan politik. Sebagai akibatnya, studi-studi komunikasi
yang banyak dilakukan (khususnya di negara maju seperti AS) cenderung
difokuskan pada proses dan dampak sosial penggunaan teknologi media komunikasi;
arus penyebaran dan pemusatan informasi regional dan global (misalnya "transborder
data flow"), aspek-aspek politik, ekonomi dan informasi, komunikasi
antar industri media, dampak sosial dari teknologi interaktif seperti komputer,
komunikasi manusia-mesin, dampak telekomunikasi terhadap hubungan antar-budaya,
serta aspek-aspek yang menyangkut manajemen informasi. Pendekatan disiplin
ekonomi mulai diterapkan, karena disadari bahwa informasi di masa sekarang ini merupakan
komoditi yang mempunyai nilai tambah.
Sekilas Perkembangan
Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi di Indonesia
Dibandingkan dengan jurusan-jurusan lainnya di lingkungan fakultas ilmu
sosial dan ilmu politik, jurusan komunikasi sebenarnya merupakan jurusan yang
tergolong “tertua”. Sebutan jurusan ilmu komunikasi baru dikenal sekitar tahun
1970-an. Sementara sebelumnya popular dengan sebutan Jurusan Publisistik
atau Jurnalistik.
Menurut laporan “Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia” yang dibuat
oleh Tim ISKI Semarang, ilmu komunikasi telah diajarkan pada Akademi Ilmu
Politik di Yogyakarta pada tahun 1949. Tahun 1950, akademi tersebut kemudian
menjadi bagian sosial politik dari Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada,
di mana penerangan menjadi salah satu jurusan yang ada di dalamnya. Perguruan
tinggi berikutnya yang menyelenggarakan pendidikan komunikasi adalah Perguruan
Tinggi Djurnalistik di Jakarta yang didirikan pada tanggal 5 September 1953.
Kini perguruan tinggi ini namanya telah berubah menjadi Institut Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik yang memiliki Fakultas Ilmu Komunikasi.
Di Universitas Indonesia, pendidikan komunikasi telah dimulai sejak tahun
1959 dengan dibukanya jurusan Publisistik pada Fakultas Hukum dan Ilmu
Pengetahuan Kemasyarakatan. Dibukanya jurusan Publisistik ini sekaligus
merupakan awal dari munculnya fakultas baru di lingkungan Universitas
Indonesia, yakni Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (IPK). Empat tahun
kemudian sebutan Fakultas IPK diganti menjadi Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial
(FIS-UI), dan sejak tahun 1983 nama FIS-UI ini diubah lagi menjadi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Sejalan dengan perubahan nama Fakultas,
sebutan jurusan Publisistik pun ikut berganti menjadi Departemen Komuniaksi
Massa (1972), dan kemudian menjadi Jurusan Ilmu Komuniaksi FISIP-UI pada tahun
1983.
Di Bandung, Jawa Barat, pendidikan komunikasi dimulai tahun 1960 dengan
didirikannya Fakultas Djurnalistik dan Publisistik yang berada di bawah naungan
Yayasan Pembina Universitas Padjadjaran. Fakultas ini kemudian menjadi Institut
Publisistik, dan pada tanggal 3 November 1965 diubah statusnya menjadi Fakultas
Publisitik Universitas Padjadjaran. Kini namanya telah berubah menjadi Fakultas
Ilmu Komunikasi (FIKOM-UNPAD). Pada tahun-tahun berikutnya
perguruan-perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang menyelenggarakan
pendidikan komunikasi semakin banyak jumlahnya.
Pada awalnya kurikulum program pendidikan tinggi komunikasi di Indonesia
banyak dititikberatkan pada bidang studi jurnalistik dan penerangan.
Tujuan kurikulum umumnya diarahkan pada upaya pemberian pengetahuan dan
keahlian bagi kalangan yang berkecimpung atau berminat untuk bekerja dalam
bidang pers khususnya surat kabar, majalah dan radio, serta bidang penerangan.
Pada masa sekarang ini, pendidikan komunikasi pada
universitas-universitas/sekolah tinggi di Indonesia tidak lagi sebatas pada
bidang kewartawanan/jurnalistik dan penerangan. Bidang-bidang spesialisasi
studi lainnya seperti komunikasi pembangunan, kehumasan, periklanan,
“broadcasting” (siaran radio dan TV), perfilman, informatika dan teknologi
komunikasi telah pula diselenggarakan. Menurut peraturan pendidikan yang baru,
jurusan perpustakaan yang sebelumnya umumnya masuk pada fakultas sastra,
sekarang ini dimasukkan sebagai salah satu bidang studi komunikasi.
No comments:
Post a Comment